Spiritualitas Guru Pendidikan Agama Kristen dalam Teori Perkembangan Kepercayaan Fowler dan Teori Perkembangan Moral Kohlberg: Penafsiran Perspektif Al-Kitab

Janeman Usmany

Abstract


Seorang guru tidak hanya mengajar ilmu pengetahuan, tetapi memberi hidup seutuhnya dalam tanggung jawab mengajar. Rasul Yakobus mengingatkan bahwa menjadi guru memiliki tanggung jawab yang besar. Tuhan Yesus sendiri adalah seorang Guru Agung, tidak hanya mengajarkan dengan kata-kata, tetapi melalui teladan hidup. Bagaimana melaksanakan tanggung jawab mengajar melalui kata-kata, dan pada saat yang bersamaan dapat memberikan teladan hidup? Di antara dua sisi inilah hadir spiritualitas. Spiritualitas atau kerohanian bersifat absrtak yang lahir dari perjumpaan pribadi seseorang dengan Tuhan.. Spiritualitas adalah riak gerakan insani yang timbul karena merasakan sentuhan halus dari Yang Ilahi. Secara filosofis, spiritualitas berhubungan dengan kualitas diri. James Fowler, menjelaskan ada enam tingkatan perkembangan iman atau spiritualitas. Sementara Lawrence Kolhberg mengkaji dari perkembangan moral individu untuk pencapai kematangannya. Kedua teori ini meskipun menggunakan pendekatan psikologi, namun sangat membantu evaluasi perkembangan spiritualitas. Hasil kajian menemukan sedikitnya tujuh hal yang berkaitan dengan spiritualitas pendidikan Agama Kristen dalam perspektif teori perkemabangan kepercayaan Fowler dan teori perkembangan moral Kolhberg. Pertama, spiritualitas Kristen memperdalam relasi guru Pendidikan Agama Kristen dengan Tuhan. Kedua, spiritualitas Kristen dapat membedakan guru Pendidikan Kristen dengan guru pada umumnya. Ketiga, spiritualitas Kristen mengidentifikasi tingkat kedewasaan seorang guru Pendidikan Agama Kristen. Keempat, spiritualitas Kristen memungkinkan guru Pendidikan Agama Kristen melakukan koreksi dan perbaikan terhadap diri sendiri. Kelima, Spiritualitas Kristen memungkinkan seorang guru Pendidikan Agama Kristen mendidik melalui teladan hidup. Keenam, spiritualitas Kristen menyebabkan seorang guru Pendidikan Agama Kristen dapat membangun relasi dengan semua kalangan, bersifat inklusif. Ketujuh, spiritualitas Kristen memotivasi guru Pendidikan Agama Kristen meningkatkan kualitas diri dan kualitas pendidikan.

Full Text:

PDF

References


Bagus, Lorens. (2005) Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Clinebel, Howard John. (2002) Tipe-Tipe Dasar Pendampingan dan Konseling Pastoral. Yogyakarta: Kanisius

Fowler, James W. (1981) Stages of Faith, The Psychology of Human Develoment and the Quest for Meaning. San Fransisco: Harper and Row.

Groome Thomas. (2011) Christian Religious Education, Pendidikan Agama Kristen Berbagi Cerita dan Visi, Jakarta, BPK Gunung Mulia.

Hocking David. (1980) The Theological Basic For The Philosophy Of Christian School Education, dalam The Philosophy of Christian School Education (Edited by. Dr. Ismail, Andar. (2014) Selamat Berkembang, Artikel Pertimbangan Moral. Jakarta BPK Gunung Mulia.

Licona, Thomas. (2004) Character Matters: How to Help Our Children Develop Good Judgement, Integrity and Other Essential Virtues, New York: Touchstone

Paul A. Kienel, USA: ACSI-CGS-CHC. Tahap Perkembangan Moral Kholberg, Wikipedia Bahasa Indonesia, https://id.m.wikipedia.org>wiki diakses pada 16 Februari 2019, Pkl. 00.30 Wib.

Tung, Khoe Yao. (2016) Terpanggil Menjadi Pendidik Kristen Berhati Gembala, Mempersiapkan Sekolah dan Pendidik Kristen Menghadapi Tantangan Global Masa Kini, Yogyakarta: Yayasan Andi.


Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2020 DIDAKTIKOS: Jurnal Pendidikan Agama Kristen

Creative Commons License
DIDAKTIKOS: Jurnal Pendidikan Agama Kristen is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Based on a work at https://journal.stipakdh.ac.id/index.php/didaktikos.

DIDAKTIKOS telah terindeks pada situs:

     
Online ISSN: 2621-2110

Copyright© DIDAKTIKOS 2018-2020. All Rights Reserved.